Pemimpin Pembawa Perubahan


Momen 2 tahun lalu. Momen setelah Walikota Surabaya, Tri Rismaharini tampil sebagai pemateri dan berbagi cerita sukses pada kegiatan Pekan Kerja Nyata (PKN) Revolusi Mental di Surakarta, Jawa Tengah.

Cerita tentang bagaimana beliau membawa perubahan yang sangat signifikan pada Kotanya, terutama dalam hal kebersihan dan ruang terbuka hijau.

Beliau tidak sendirian sebagai Pemateri. Beberapa Kepala Daerah juga turut diundang. Ada Walikota Makassar dan Bupati Konawe. Tapi keduanya diwakili. Walikota Makassar diwakili Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian. Sedangkan Bupati Konawe diwakili oleh Sekretaris Daerah.

Beliau memaparkan dengan bahasa yang sederhana. Tidak ada bahasa tinggi atau istilah-istilah yang digunakan. Meski demikian, pemaparannya tetap menarik dan para peserta  dengan antusias menyimaknya. 

Seperti pemaparan Kepala Daerah pada umumnya, di awal pemaparannya juga membahas terkait kondisi atau profil umum. Luas wilayah, jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, dsb. 

Beberapa slide lainnya menampilkan foto ketika beliau marah pada penyelenggara even yang mengakibatkan taman menjadi rusak, foto ketika lagi menghalau pengendara motor yang akan lewat di pedestrian, serta penghargaan-penghargaan yang diterimanya. Tidak lama beliau menjelaskan slide-slide tersebut.

Setelah itu beliau pun bergeser dari podium yang terletak di samping kiri panggung yang tidak begitu tinggi. Beliau berjalan mendekati stafnya yang ikut mendampinginya. Mengambil iPad yang sudah terhubung ke proyektor. Pemaparan di laptop pun ditinggalkannya. 

Kondisi terkini Kota Surabaya dipantaunya dengan sebuah perangkat yang menampilkan rekaman CCTV yang banyak tersebar di beberapa ruas jalan.

Perangkat iPad menjadi senjata pamungkasnya pada persentasenya saat itu. Memperlihatkan bagaimana mengontrol Kotanya walaupun sedang berada di Kota lain. 

Ada banyak ruas jalan yg ditampilkan dalam 1 slide. Layar berupa rekaman CCTV yang memuat kondisi secara real time. Dengan cekatan mengganti dan memperbesar layar satu demi satu. Di zoomnya untuk melihat sampah. Dilakukannya berulang kali,tapi tetap saja tidak ada sampah yang ditemukan.

"Kalau ada sampah yang saya dapat, maka saya akan langsung menelpon dan memerintahkan untuk segera dibersihkan", ucapnya sambil terus memainkan iPadnya.  

"Surabaya betul-betul ada dalam genggamannya", ucapku dalam hati.

Saya pun jadi penasaran untuk mendengar gaya bicaranya kepada bawahannya ketika beliau menelponnya. Berharap ada sampah yang ditemukan. Tapi dari sekian banyak ruas jalan yang ditampilkan dan dizoom, hasilnya pun tetap sama.

Harapan saya pun pupus. Saya pun tidak dapat melihat langsung beliau yang mungkin saja akan memarahi bawahanya. Marah yang selama ini hanya disaksikan baik di layar TV maupun media sosial.

Kami pun dibuat kagum olehnya. Bukan pada bahan presentase atau cara mempresentasikannya, tapi pada cara beliau menahkodai Kota yang dicintainya dengan sepenuh hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indahnya Tracking Mangrove Lantebung

Cerita Pembudidaya Lakkang, Permasalahan dan Masukan Tim DP2

Produsen Kopi Terbesar, Kota di Indonesia bukan Peminum Kopi Terbanyak di Dunia